DMTV, Kediri – Di bawah langit sore yang temaram, riuh tawa dan sorak gembira membalut hamparan sawah yang disulap menjadi ruang nostalgia. Festival Omah Sawah kembali menghadirkan kemeriahan dengan ragam permainan tradisional. Dari tangkap belut, tangkap bebek, tarik tambang, hingga joget kreasi—semuanya seakan membuka pintu waktu, membawa masyarakat pada kenangan masa kecil yang sederhana namun penuh makna.
Ratusan peserta tumpah ruah, larut dalam keseruan yang bukan sekadar permainan, melainkan perekat kebersamaan. Permainan rakyat yang dulu menjadi denyut nadi kehidupan kampung, kini berdenyut kembali, menghadirkan tawa yang tak lekang oleh zaman.
Wali Kota Kediri, Vinanda Prameswati, menegaskan bahwa lomba-lomba rakyat ini digelar sebagai bagian dari perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80.
“Lewat permainan tradisional, kami ingin anak-anak kembali merasakan nilai kebersamaan, gotong royong, sekaligus mengenang semangat juang para pahlawan. Inilah cara sederhana namun bermakna untuk merawat warisan bangsa,” ungkap Vinanda.
Tak hanya penonton, para peserta pun merasakan euforia yang sulit dilupakan. Seperti salah seorang warga Kecamatan Kota yang ikut dalam lomba tangkap bebek. Dengan mata tertutup, ia harus berlari kesana-kemari, menabrak peserta lain demi menangkap seekor bebek yang bisa ditukar hadiah.
“Deg-degan sekaligus seru banget. Tadi sempat jatuh, sempat tabrakan, tapi justru di situlah lucunya. Begitu dapat bebek dengan nomor, rasanya puas banget, apalagi bisa ditukar hadiah,” ujarnya sambil tertawa.
Festival Omah Sawah tahun ini tampil sebagai oase di tengah hiruk pikuk modernitas. Di saat dunia anak-anak kian dikuasai layar gawai, Kediri mengingatkan kembali bahwa tawa, peluh, dan kebersamaan adalah permainan terbaik yang tak pernah pudar dimakan zaman.